17 . Nov . 2023
Lateks umumnya mengacu pada emulsi koloid yang dibentuk dengan mendispersikan partikel polimer dalam air. Merupakan kebiasaan untuk menyebut dispersi partikel karet dalam air sebagai lateks; dispersi partikel resin dalam air disebut emulsi. Produk lateks yang diolah dari bahan baku lateks disebut juga produk lateks, seperti spons, sarung tangan, mainan, selang, dll, banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Klasifikasi
lateks alami
Mengalir dari penyadapan pohon karet (lihat karet alam), berwarna putih susu, dengan kandungan padat 30% hingga 40%, dan ukuran partikel karet rata-rata 1,06μm. Lateks alam segar mengandung komponen karet 27%-41,3% (massa), air 44%-70%, protein 0,2%-4,5%, resin alam 2%-5%, gula 0,36%-4,2%, abu 0,4%. Untuk mencegah lateks alami menggumpal akibat aksi mikroorganisme dan enzim, amonia dan zat penstabil lainnya sering ditambahkan. Untuk memudahkan transportasi dan pengolahan, lateks alam dipekatkan hingga kandungan padat lebih dari 60% melalui sentrifugasi atau penguapan, yang disebut lateks pekat. Lateks alam terutama digunakan dalam produk spons, produk ekstrusi, dan produk impregnasi.
lateks sintetis
Umumnya, lateks sintetik (seperti lateks polibutadiena, lateks stirena-butadiena, dll.) dengan kandungan padat 20% hingga 30% dapat diperoleh dengan polimerisasi emulsi. Agar kandungan padatannya mencapai 40% hingga 70%, partikel karet diaglomerasi menjadi partikel yang lebih besar, yaitu dalam industri dilakukan tindakan seperti penyesuaian formula polimerisasi, penambahan bahan aglomerasi, pengadukan, pemberian tekanan, pembekuan, dll. Lateks karet alam dipekatkan dengan cara yang sama. Lateks sintetis terutama digunakan dalam sektor industri seperti karpet, kertas, tekstil, percetakan, pelapis dan perekat.